PARTAI KOMUNIS INDONESIA : Peristiwa Gerakan 30 September pada 1965 adalah masa-masa tergelap dalam sejarah Indonesia. Pada konteks masa itu peristiwa G30S tidak bisa dilepaskan dari gambaran geopolitik dunia yang terjadi. Amerika Serikat dan sekutunya ada di Blok Barat sebagai antikomunis dan China, Rusia serta sekutunya ada di Blok Timur yang prokomunis.
Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta kemarin merilis dokumen rahasia CIA yang mengungkap pemerintah AS mengetahui dan mendukung tindakan tentara Indonesia dalam pembantaian massal anggota dan simpatisan Partai Komunis Indonesia pada 1965.
Dokumen itu memuat laporan berisi 30 ribu halaman dari 39 dokumen yang merekam aktivitas kedutaan AS di Jakarta pada periode 1964-1968.
Dalam dokumen nomor 29 memuat laporan mengutip sebuah artikel di koran Angkatan Bersenjata RI yang terbit pada 25-26 April 1966. Dalam artikel itu pemimpin China saat itu, Mao, dikatakan memerintahkan tokoh pemimpin PKI D.N Aidit untuk melancarkan G30S dan keesokan harinya, 1 Oktober, akan menjadi hari nasional terbentuknya Republik Rakyat Indonesia sama dengan hari nasional Republik Rakyat China.
Namun kata artikel di koran itu, Aidit merasa ragu melancarkan G30S dan dia diduga mengirimkan telegram kepada Mao untuk memohon penundaan karena belum ada persiapan. Mao kemudian menolak penundaan itu dan meyakinkan Aidit bahwa upayanya melakukan G30S akan berhasil.
Artikel di koran itu juga mengisyaratkan Mao memerintahkan pembunuhan para jenderal. Mao disebut meyakinkan Aidit untuk membunuh semua jenderal reaksioner seperti Nasution, Yani, dan Suharto dalam sekali aksi dan menyebut Angkatan Bersenjata akan seperti naga tanpa kepala hingga kondisi itu menguntungkan Aidit. Artikel itu dengan demikian menggambarkan bahwa Suharto juga dijadikan target G30S.
Namun pada dokumen nomor 28 Konsul Jenderal Amerika di Hong Kong dalam telegram menjelaskan keterlibatan Mao dalam G30S adalah hoax alias 'berita palsu.' Laporan ini sekaligus meralat laporan sebelumnya.
Laporan dari Hong Kong mengatakan artikel di koran Angkatan Bersenjata RI pada 26 April 1966 hampir semuanya salinan dari sebuah artikel yang muncul di koran berbahasa Mandarin berbasis di Hong Kong pada 16 Desember 1965. Artikel di koran Hong Kong itu berisi tulisan yang mengolok-olok rezim Peking.
Selain artikel itu, pemerintah AS tak menemukan bukti cukup kuat soal keterlibatan Mao dalam G30S.
Informasi palsu itu bukan saja mendukung klaim Angkatan Bersenjata RI bahwa Mao terlibat membantu Aidit dalam aksi G30S tapi juga menyatakan PKI berencana melakukan pembantaian massal terhadap para musuhnya, dan dengan demikian menjadi pembenaran bagi Angkatan Bersenjata RI untuk melancarkan aksi pembunuhan massal terhadap PKI dan simpatisan
PARTAI KOMUNIS INDONESIA
Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta kemarin merilis dokumen rahasia CIA yang mengungkap pemerintah AS mengetahui dan mendukung tindakan tentara Indonesia dalam pembantaian massal anggota dan simpatisan Partai Komunis Indonesia pada 1965.
Dokumen itu memuat laporan berisi 30 ribu halaman dari 39 dokumen yang merekam aktivitas kedutaan AS di Jakarta pada periode 1964-1968.
Dalam dokumen nomor 29 memuat laporan mengutip sebuah artikel di koran Angkatan Bersenjata RI yang terbit pada 25-26 April 1966. Dalam artikel itu pemimpin China saat itu, Mao, dikatakan memerintahkan tokoh pemimpin PKI D.N Aidit untuk melancarkan G30S dan keesokan harinya, 1 Oktober, akan menjadi hari nasional terbentuknya Republik Rakyat Indonesia sama dengan hari nasional Republik Rakyat China.
Namun kata artikel di koran itu, Aidit merasa ragu melancarkan G30S dan dia diduga mengirimkan telegram kepada Mao untuk memohon penundaan karena belum ada persiapan. Mao kemudian menolak penundaan itu dan meyakinkan Aidit bahwa upayanya melakukan G30S akan berhasil.
Artikel di koran itu juga mengisyaratkan Mao memerintahkan pembunuhan para jenderal. Mao disebut meyakinkan Aidit untuk membunuh semua jenderal reaksioner seperti Nasution, Yani, dan Suharto dalam sekali aksi dan menyebut Angkatan Bersenjata akan seperti naga tanpa kepala hingga kondisi itu menguntungkan Aidit. Artikel itu dengan demikian menggambarkan bahwa Suharto juga dijadikan target G30S.
Namun pada dokumen nomor 28 Konsul Jenderal Amerika di Hong Kong dalam telegram menjelaskan keterlibatan Mao dalam G30S adalah hoax alias 'berita palsu.' Laporan ini sekaligus meralat laporan sebelumnya.
Laporan dari Hong Kong mengatakan artikel di koran Angkatan Bersenjata RI pada 26 April 1966 hampir semuanya salinan dari sebuah artikel yang muncul di koran berbahasa Mandarin berbasis di Hong Kong pada 16 Desember 1965. Artikel di koran Hong Kong itu berisi tulisan yang mengolok-olok rezim Peking.
Selain artikel itu, pemerintah AS tak menemukan bukti cukup kuat soal keterlibatan Mao dalam G30S.
Informasi palsu itu bukan saja mendukung klaim Angkatan Bersenjata RI bahwa Mao terlibat membantu Aidit dalam aksi G30S tapi juga menyatakan PKI berencana melakukan pembantaian massal terhadap para musuhnya, dan dengan demikian menjadi pembenaran bagi Angkatan Bersenjata RI untuk melancarkan aksi pembunuhan massal terhadap PKI dan simpatisan
PARTAI KOMUNIS INDONESIA
Post A Comment:
0 comments: