PARTAI KOMUNIS INDONESIA : Peran Ibrahim Datuk Tan Malaka dalam perjuangan kemerdekaan dan revolusi Indonesia tak dapat disangsikan lagi. Pria kelahiran Pandang Gadang, Suliki, Sumatera Barat, 1897 itu lah yang pertama mencetuskan konsep Republik Indonesia melalui buah pikirannya di buku 'Naar de Republiek Indonesia' atau 'Menuju Republik Indonesia' pada tahun 1925.
Sosoknya memang tak setenar Bung Karno atau Bung Hatta. Namun, pemikirannya menjadi rujukan Bung Karno kala perjuangan kemerdekaan Indonesia.
14 Tahun setelah meninggal dunia, Tan Malaka baru ditetapkan menjadi Pahlawan Nasional oleh Bung Karno pada 23 Maret 1963. Pengangkatan Tan Malaka menjadi Pahlawan Nasional itu dilakukan berdasarkan Keputusan Presiden No 53 Tahun 1963.
Namun sayang, saat Orde Baru berkuasa, nama mantan Ketua Partai Komunis Indonesia (PKI) itu dihilangkan dari sejarah. Tak ada buku-buku pelajaran di sekolah yang mengenalkan sosoknya kepada para generasi penerus bangsa. tan malaka 2014 Merdeka.com Cap komunis yang dilekatkan kepada Tan Malaka mengakibatkan sang revolusioner tak mendapat tempat di zaman Orde Baru. Nama Tan Malaka pun tak dikenal oleh masyarakat Indonesia. Setelah Soeharto lengser dan zaman berganti menjadi Reformasi, barulah sosok Tan Malaka kembali muncul. Tulisan dan buku-buku soal Tan Malaka kembali bermunculan.
Wakil Ketua DPR Fadli Zon menilai melihat sosok Tan Malaka haruslah secara utuh, tak boleh sepotong-sepotong. Sebab, Tan Malaka, menurut Fadli Zon, adalah manusia multi dimensi.
"Dia ini manusia multi dimensi," kata Fadli Zon yang dikenal konsen kepada sejarah ini usai diskusi publik 'Pemikiran dan Perjuangan Tan Malaka' di Gedung Nusantara DPR, Jakarta, Senin (27/3).
Menurutnya, banyak pemikiran Tan Malaka yang justru ditentang dan dimusuhi oleh para elite PKI. Bahkan, sejak tahun 1927 Tan Malaka dicap pengkhianat karena mendirikan PARI (Partai Republik Indonesia). Karena itu, di mata Fadli Zon, Tan Malaka sesungguhnya adalah seorang nasionalis dan muslim.
"Sejak 1927, ketika Tan Malaka mendirikan Partai Republik Indonesia justru Tan Malaka oleh PKI sendiri dianggap sebagai pengkhianat dan dalam retorika dan narasi oleh tokoh-tokoh komunis dia dianggap orang yang berbahaya bagi komunisme. Jadi menurut saya dia seorang nasionalis. Kalau Marxisme dalam arti pemikiran bisa saja setiap orang pada waktu itu mempelajari Marxisme sebagai pisau analisa dan sebagainya tapi bukan berarti dia menjadi seorang komunis," katanya. tan malaka 2014 Merdeka.com Ketidaksukaan elite-elite PKI terhadap Tan Malaka terus berlanjut bahkan hingga PKI dipimpin oleh DN Aidit. Hal ini bisa dilihat dari pidato-pidato DN Aidit ketika itu yang menyatakan musuh utama PKI salah satunya adalah Murba (partai yang didirikan Tan Malaka) dan Malakais (isme Tan Malaka).
"Jadi kalau dilihat retorika dari tokoh-tokoh PKI ketika bangkit yang jadi salah satu musuh utama adalah Tan Malakais yang dianggap Trotskyis," kata
Sosoknya memang tak setenar Bung Karno atau Bung Hatta. Namun, pemikirannya menjadi rujukan Bung Karno kala perjuangan kemerdekaan Indonesia.
14 Tahun setelah meninggal dunia, Tan Malaka baru ditetapkan menjadi Pahlawan Nasional oleh Bung Karno pada 23 Maret 1963. Pengangkatan Tan Malaka menjadi Pahlawan Nasional itu dilakukan berdasarkan Keputusan Presiden No 53 Tahun 1963.
Namun sayang, saat Orde Baru berkuasa, nama mantan Ketua Partai Komunis Indonesia (PKI) itu dihilangkan dari sejarah. Tak ada buku-buku pelajaran di sekolah yang mengenalkan sosoknya kepada para generasi penerus bangsa. tan malaka 2014 Merdeka.com Cap komunis yang dilekatkan kepada Tan Malaka mengakibatkan sang revolusioner tak mendapat tempat di zaman Orde Baru. Nama Tan Malaka pun tak dikenal oleh masyarakat Indonesia. Setelah Soeharto lengser dan zaman berganti menjadi Reformasi, barulah sosok Tan Malaka kembali muncul. Tulisan dan buku-buku soal Tan Malaka kembali bermunculan.
Wakil Ketua DPR Fadli Zon menilai melihat sosok Tan Malaka haruslah secara utuh, tak boleh sepotong-sepotong. Sebab, Tan Malaka, menurut Fadli Zon, adalah manusia multi dimensi.
"Dia ini manusia multi dimensi," kata Fadli Zon yang dikenal konsen kepada sejarah ini usai diskusi publik 'Pemikiran dan Perjuangan Tan Malaka' di Gedung Nusantara DPR, Jakarta, Senin (27/3).
Menurutnya, banyak pemikiran Tan Malaka yang justru ditentang dan dimusuhi oleh para elite PKI. Bahkan, sejak tahun 1927 Tan Malaka dicap pengkhianat karena mendirikan PARI (Partai Republik Indonesia). Karena itu, di mata Fadli Zon, Tan Malaka sesungguhnya adalah seorang nasionalis dan muslim.
"Sejak 1927, ketika Tan Malaka mendirikan Partai Republik Indonesia justru Tan Malaka oleh PKI sendiri dianggap sebagai pengkhianat dan dalam retorika dan narasi oleh tokoh-tokoh komunis dia dianggap orang yang berbahaya bagi komunisme. Jadi menurut saya dia seorang nasionalis. Kalau Marxisme dalam arti pemikiran bisa saja setiap orang pada waktu itu mempelajari Marxisme sebagai pisau analisa dan sebagainya tapi bukan berarti dia menjadi seorang komunis," katanya. tan malaka 2014 Merdeka.com Ketidaksukaan elite-elite PKI terhadap Tan Malaka terus berlanjut bahkan hingga PKI dipimpin oleh DN Aidit. Hal ini bisa dilihat dari pidato-pidato DN Aidit ketika itu yang menyatakan musuh utama PKI salah satunya adalah Murba (partai yang didirikan Tan Malaka) dan Malakais (isme Tan Malaka).
"Jadi kalau dilihat retorika dari tokoh-tokoh PKI ketika bangkit yang jadi salah satu musuh utama adalah Tan Malakais yang dianggap Trotskyis," kata
Post A Comment:
0 comments: